SANG Kaisar Victorio kembali. Salah seorang penyiar terkenal di sebuah radio swasta Surabaya itu cukup lama vakum. Selama lima tahun, dia off air. Maklum, penyiar bernama asli Achmad Affandi tersebut menjalankan tugas penting, yakni menjadi wakil rakyat di kursi DPR (Dewan Perwakilan Rakyat). Kini, setelah masa tugas tersebut berakhir, dia kembali mengudara. "Sejak 1 Maret 2010 siaran lagi," tuturnya.
Tujuan kembalinya Affandi menghibur penggemar lama tersebut bukanlah kepentingan pribadi. Dia bersedia berbagi cerita dengan pendengar karena ingin menyemangati teman-teman seprofesinya. Selain itu, bagi dia, dunia siaran tersebut berbeda dengan dunia luar radio. "Di situ ada tugas moral," ungkapnya.
Menurut dia, menghibur masyarakat merupakan suatu bentuk pengabdian. Sama halnya dengan ketika dia mengabdikan diri di Senayan. Mengabdi bagi masyarakat, bangsa, dan negara. "Hidup bagi saya adalah pengabdian, di mana pun saya berada," ujarnya.
Meskipun sejatinya, bisa menjadi seorang yang dicintai pendengar tidaklah mudah. Sebab, dia harus dapat menyajikan sesuatu yang baru. Menciptakan tokoh yang belum pernah dikenal pendengar. Hal tersebut tentu bukan perkara mudah. Sebab, dia harus pandai memainkan suara agar timbul karakter tokoh yang diinginkan. "Pasti perlu wawasan yang luas," kata suami Helen Syafarni itu.
Soal wawasan, tentu saja Sang Kaisar punya. Jika minim ilmu, tidak mungkin pria kelahiran Surabaya tersebut mampu memerankan sepuluh tokoh saat siaran. Mulai Bunali, Bung Kaisar, Wono Kairun, Brodin, Selleh, Wan Abud, Tee Ing Han, Joko Bodo, Bun Ke Ke, hingga Bung Victorio. "Semuanya memiliki karakter sendiri-sendiri," ujarnya. Misalnya Bunali dalam serial tokoh Brodin yang menggambarkan karakter orang Madura. Lalu, ada Wan Abud yang merupakan keturunan Arab dan Sang Kaisar yang memimpin Kerajaan Antah Barantah.
Karena penasaran, banyak fans datang ke radio untuk mengetahui siapa sebenarnya pemeran tokoh yang mereka senangi. Setelah bertemu, banyak yang terkaget-kaget. Sebab, pemeran tokoh yang mereka idolakan berbeda dengan yang mereka bayangkan. Bukan orang Madura maupaun Arab. Ternyata, orang asli Surabaya. "Itulah hebatnya penyiar. Suara saja bisa memengaruhi pendengar," tutur dia.
Saat menjadi anggota DPR, tidak jarang dia didapuk masyarakat untuk memerankan karakter yang dimainkannya. Meskipun harus berbicara di hadapan masyarakat menggunakan tokoh Wono Kairun, misalnya, Affandi santai saja. Yang terpenting, fokus utama dan tujuan pembicaraannya bisa sampai ke masyarakat. (may/c11/nda) [ Jum'at, 09 April 2010 ]
0 komentar:
Posting Komentar